This is an outdated version published on 2022-11-28. Read the most recent version.

EKSISTENSI BUDAYA BAHARI TRADISI PETIK LAUT DI MUNCAR BANYUWANGI

Authors

  • Eko Setiawan Alumnus Program Pascasarjana Sosiologi Universitas Brawijaya Malang

DOI:

https://doi.org/10.30762/universum.v10i02.750

Keywords:

budaya bahari, petik laut, islam, adat using

Abstract

Petik laut merupakan sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan Muncar atas rezeki
dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan melalui alam, khususnya laut. Ritual petik laut
diselenggarakan sekali setiap tahun pada awal bulan Muharam atau bulan Syuro oleh penduduk yang
tinggal di pesisir pantai. Fokus tulisan akan mengungkapkan wujud mitos dalam upacara petik laut
di Muncar, prosesi ritual, serta nilai religius yang terdapat di dalamnya. Tulisan ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Kesimpulannya, serangkaian acara petik laut menggabungkan ajaran Islam
dan adat using. Maksud dan tujuan dari berbagai upacara sedekah laut tersebut biasanya sama, yaitu
memohon pada Tuhan agar para nelayan dianugerahi hasil laut yang melimpah pada tahun yang
akan datang dan dihindarkan pula dari malapetaka selama melaut. Kebanyakan masyarakat nelayan
tersebut meyakini bahwa laut memiliki penunggu (penjaga berupa makhluk ghaib). Karena itu, di
setiap penyelenggaraan ritual slametan laut, mereka selalu memberikan sesaji yang dipersembahkan
untuk makhluk-makhluk ghaib penunggu laut.

Downloads

Published

2022-11-28

Versions

How to Cite

Eko Setiawan. (2022). EKSISTENSI BUDAYA BAHARI TRADISI PETIK LAUT DI MUNCAR BANYUWANGI. UNIVERSUM: Jurnal Keislaman Dan Kebudayaan, 10(02), 229–237. https://doi.org/10.30762/universum.v10i02.750

Issue

Section

Articles