Upaya Peningkatan Kesadaran Diri Melalui Terapi Dzikir Jama’i (Studi Kasus Pada Program Rehabilitasi WTS Di RSBKW Kediri)
DOI:
https://doi.org/10.30762/spr.v3i2.1874Keywords:
Kesadaran Diri, Terapi Dzikir Jama’i, Rehabilitasi pada Wanita Tuna SusilaAbstract
Penelitian ini didasari atas ketertarikan peneliti untuk mengungkap bahwa bukan hanya ketrampilan, pemberian motivasi dan pembinaan prilaku agama yang diberikan kepada wanita tuna susila, namun terapi keagamaan berupa terapi dzikir jama'i juga merupakan terapi yang efektif untuk proses peningkatan kesadaran diri klien. Penelitian ini dimaksudkan untuk 1). Menjelaskan tentang penerapan terapi dzikir jama'i dalam upaya peningkatan kesadaran diri para WTS. 2). Menguraikan hasil dari upaya peningkatan kesadaran diri melalui terapi dzikir jama'i. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosisal Bina karya Wanita (RSBKW) Kediri, dengan jumlah informan sebanyak 15 klien yang direkomendasikan dari pihak UPT RSBKW Kediri. Peneliti menggunakan teori kesadaran diri Ina Sastrowardoyo dan teori terapi dzikir jama'i M. Ihya' Ulumuddin, juga teori rehabilitasi pada wanita tuna susila Suprajitno. Sumber data primer diperoleh dari wanita tuna susila, dan data sekunder dari dokumen-dokumen resmi. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1). Penerapan terapi dzikir jama’i di UPT RSBKW Kediri dilaksanakan setelah jamaah sholat isya setiap Kamis malam di tambah paginya sholat tahajud, istikhoroh, taubat dan witir. Jenis dzikir yang digunakan yaitu dzikir lisan dilafalkan dengan suara keras. Lafadz- lafadz dzikir yang digunakan yaitu lafadz yang pendek seperti: Allah, Bismillahirahmanirrahim, Ya Latif serta Laailahailallah. Dzikir ini disusun langsung oleh M. Ihya' Ulumuddin. Terdapat keutamaan setiap dzikir yang dapat mudah dihafalkan dan diamalkan oleh klien. 2). Terapi dzikir menjadi sangat afektif bagi wanita tuna susila karena manfaat yang terkandung dalam dzikir sangat besar. Yang biasanya klien sering berbicara kotor menggantikan dengan lafadz Allah. Ada 10 dari 15 klien yang menjadi subyek penelitian mengalami perkembangan setelah mengikuti kegiatan terapi dzikir, sedangkan 5 klien belum mengalami perkembangan dikarenakan latar belakang keagamaan.