Tradisi Ijazah Hadis Musalsal bil Muṣāfaḥah di Pesantren Jami’atul Qur’an Grogol Kediri

Authors

  • Karima Nurul Huda Institut Agama Islam Negeri Kediri
  • Aliifatur Roudhotul Jannah Institut Agama Islam Negeri Kediri
  • Yenni Lailatul Rosidah Institut Agama Islam Negeri Kediri
  • Lintang Dewi Agustin Institut Agama Islam Negeri Kediri

DOI:

https://doi.org/10.30762/cr.v1i1.1255

Keywords:

living hadith, hadis musalsal, pesantren, authorization

Abstract

This research aims to uncover the tradition of granting Ijazah (certificates of authorization) for musalsal bil musafahah Hadith practiced at Jami’atul Qur’an Islamic Boarding School. The research questions to be answered include: how is the implementation and interpretation of the tradition of Ijazah for musalsal Bil musafahah Hadith within the pesantren community, and what is the role of the local leader in the transmission and transformation of this ijazah tradition from the perspective of Peter L. Berger's social construction theory? This study utilizes a qualitative approach and applies a descriptive method. To analyze the central role of the subject or local leader (Kiai Samsul Hadi), the researcher attempts to apply Peter L. Berger and Thomas Luckmann's social construction theory.The granting of Ijazah for musalsal bil musafahah Hadith at Pesantren Jami’atul Qur’an takes place during the month of Ramadan and is directly given by the Kiai to the attending students. Initially, the transmission of the Musalsal Hadith was obtained by Kiai Samsul from prominent scholars from around the world and Indonesia, including Sheikh Yasin al-Fadani, Kiai Mahrus ‘Aly, Kiai Idris Marzuqi, and Kiai Yasin Asymuni. The basis for the Ijazah and the Hadith being transmitted is the narration that "whoever shakes hands with me or greets me with a handshake will enter paradise on the Day of Judgment." The acceptance of this tradition is closely related to the content of the Hadith, which promises heavenly rewards for those who engage in the practice of musafahah (handshaking). Despite the Hadith being considered weak in terms of its authenticity, the tradition is still preserved because it is based on the belief in the blessings associated with the act of shaking hands and the intention to continue the knowledge acquired from one's teacher, for the sake of seeking blessings and connecting with righteous actions.

[Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tradisi ijazah hadis musalsal bil muṣāfaḥah yang dipraktikkan di Pesantren Jami’atul Qur’an. Rumusan masalah yang hendak dijawab antara lain: bagaimana pelaksanaan dan pemaknaan atas tradis ijazah hadis musalsal bil muṣāfaḥah di kalangan komunitas pesantren serta bagaimana pula peran local leader dalam transmisi dan transformasi tradisi pengijazahan tersebut dalam perspektif teori konstruksi sosial Peter L. Beger. ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan  menerapkan metode deskriptif. Untuk menganalisis bagaimana peran sentral subjek atau local leader (Kiai Samsul Hadi), peneliti berusaha menggunakan teori konstruksi social Peter L.Berger dan Thimas Lockmann.  Ijazah hadis musalsal bil muṣāfaḥah di Pesantren Jami’atul Qur’an dilakukan pada bulan Ramadhan dan diberikan secara langsung oleh Kiai kepada para santri yang hadir. Pada mulanya pengijazahan hadis musalsal diperoleh Kiai Samsul dari ulama-ulama besar dunia dan Indonesia di antaranya Syaikh Yasin al-Fadani, Kiai Mahrus ‘Aly, Kiai Idris Marzuqi, hingga Kiai Yasin Asymuni. Landasan pengijazahan dan hadis yang diijazahkan yaitu man ṣafāḥanī aw ṣāfaḥa man  ṣafāḥanī ilā yawm al-qiyāmah dakhala al-jannah. Penerimaan atas tradisi inipun berkaitan erat dengan muatan kandungan hadis, yakni tentang keutaman ber-musafahah berupa jaminan pahala surga bagi yang melakukannya. Meskipun berkualitas dla’if, tradisi tetap dilestarikan karena pertimbangan yang digunakan adalah dari aspek tabarrukan kepada amal orang-orang shalih dan menyambungkan ilmu yang ia dapat kepada guru.]

Downloads

Download data is not yet available.

References

Akmaluddin, Muhammad, ‘Sanad Digital: Ijazah Hadis Musalsal Dalam Kajian Hadis Virtual Di Grup Dan Halaman Facebook’, Nabawi: Journal of Hadith Studies, 2.1 (2021)

Angger Wisnusaji, ‘No Title’, Dirayah: Jurnal Ilmu Hadis, 2.2 (2022), 126

Arbain, Nurdin, and Fajar Shodik Ahmad, ‘Studi Hadis: Teori Dan Aplikasi’, 2019

Barir, Muhammad, Tradisi Al-Qur’an Di Pesisir : Jaringan Kiai Dalam Transmisi Tradisi al-Qur’an Di Gerbang Islam Tanah Jawa, ed. by Mahbub Dje and Shoffan Hanafi, cet. ke-1 (Yogyakarta: Nurmahera, 2017)

Suyuthi, Al-Hafidz Jalaluddin as-, Tadribur Rawi Syarah Taqrib An-Nawawi (Maktabah Al-Kautsar, 849), JUZ 1

Dharma, Ferry Adhi, ‘Konstruksi Realitas Sosial: Pemikiran Peter L. Berger Tentang Kenyataan Sosial’, Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi, 7.1 (2018), 1–9

Idriz, Mesut, and Idha Nurhamidah, ‘Tradisi Penganugerahan Ijazah Dalam Sistem Pendidikan Islam: Kajian Selayang Pandang’, TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2.1 (2019), 19–32

Karīm, ‘Awḍ al-, ‘Imdād Al-Ra’ūf al-Ḥakīm Bi Ba’ḍi Musalsalāt Wa Marwiyāt al-Syaykh ‘Awḍ al-Karīm’ (Miftah Al-Munif Al-Jawi, 2018)

Kattani, Abū ‘Abdillah Muhammad bon Abī al-Fayd Ja’far bin Idris al-Hasani al-Idrisi al-, Risālah Al-Musalsalāt (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003)

Moleong, Lexy J, ‘Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi’, 2007

Na, Abdul Basit, ‘Tradisi Bersalaman dengan Guru ala Santri’, Pondok Pesantren Lirboyo, 2017 <https://lirboyo.net/tradisi-bersalaman-ala-santri-dengan-guru/> [accessed 2 July 2023]

Qudsy, Saifuddin Zuhri, ‘Living Hadis: Genealogi, Teori, Dan Aplikasi’, Jurnal Living Hadis, 1.1 (2016), 177–96

Satibi, Satibi, ‘Tradisi Ijazah Kajian Hadis Di Pesantren Ma’hadul ‘Ilmi Asy Syar’Ie Sarang: Studi Metode Periwayatan Hadis’ (IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010)

Siregar, Muammar Kadafi, ‘Pondok Pesantren Antara Misi Melahirkan Ulama Dan Tarikan Modernisasi’, Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 3.2 (2018), 16–27

Downloads

Published

2023-08-15

How to Cite

Huda, K. N., Jannah, A. R., Rosidah, Y. L., & Agustin, L. D. (2023). Tradisi Ijazah Hadis Musalsal bil Muṣāfaḥah di Pesantren Jami’atul Qur’an Grogol Kediri. Canonia Religia, 1(1), 73–86. https://doi.org/10.30762/cr.v1i1.1255

Issue

Section

Articles